Pages

Friday, August 3, 2012

Aku Selalu Hadir Untukmu (Kasih Seorang Ayah)



Seorang ayah berdiri di depan puing-puing bangunan sekolah yang hancur karena gempa berkekuatan 8,2 skala Richter di Armenia. Ia teringat pada anaknya yang diantarnya tadi pagi. Ia memberi kata-kata perpisahan kepada anaknya, "Nak, ayah akan selalu hadir untukmu dalam segala keadaan. Ingatlah itu!" Ia berusaha tegar, tetapi kepiluan hatinya tidak dapat dibendung lagi, akhirnya diapun menangis. Kemudian ia menguatkan hatinya dan mulai berkonsentrasi untuk mengingat letak ruang kelas dimana anaknya berada.



Setelah lama berpikir, akhirnya dia berjalan ke posisi yang diyakininya sebagai ruang kelas anaknya, yaitu di sudut kanan belakang gedung yang sudah rata dengan tanah itu. Ia mencari linggis, lalu mulai menggali reruntuhan gedung itu, sementara beberapa orang tua murid lainnya berdiri menangis, emnepuk-nepuk dada mereka, dan berkata dengan lirih, "Anakku...anakku...!"

Beberapa orang tua murid dan para relwan yang ada di sana berusaha menarik pria itu untuk keluar dari atas puing-puing tersebut. "Pak, menjaulah dari sana, karena itu bisa membahayakanmu. Nanti kami yang akan membereskannya," kata petugas yang ada di lokasi tersebut. "Apakah Anda mau membantu saya sekarang?" tanya pria itu, tetapi petuga itu tidak menjawab pertanyaannya.

Pria itu tidak peduli dengan pendapat dan larangan orang lain, ia terfokus pada pencarian anaknya. Ia terus menggali, dari satu jam,... enam jam, ...dua belas jam, ... dau puluh empat jam, ... tiga puluh enam jam, lalu pada jam ketiga puluh delapan ia berhasil membongkar sebongkah puing besar. Kemudian di bawah puing itu, terdengar suara beberapa anak kecil, lalu pria itu berteriak, "Armand..."

Dari bawah terdengar jawaban, "Ayah, aku di sini. Aku tahu bahwa ayah pasti akan datang. Ayah, aku memberitahukan teman-teman, bahwa kalau ayah selamat, ayah pasti menyelamatkan kami, karena ayah berjanji ayah akan selalu hadir untukku. Hari ini, engkau telah memenuhi janjimu, ya ayah..."
"Bagaimana keadaan di bawah, nak?" tanyanya kembali.
"Kami yang selamat ada empat belas orang. kami lapar, haus, dan kedinginan, tetapi syukurlah karena ayah sudah datang untuk menolong kami!"
"Nak, sekarang ulurkanlah tanganmu ke atas agar aku dapat mengangkatmu!"
"Tidak ayah, bukan aku yang pertama, melainkan teman-temanku. Aku akan menjadi orang yang terakhir untuk naik, karena aku yakin, bahwa ayah akan selalu ada untukku!"
(sumber : http://mervid.blogspot.com & http://wizardcorpse.com) 



No comments:

Post a Comment